Reproduksi pada burung
Para breeder burung tentu
mengharapkan agar indukannya bisa menghasilkan telur dengan daya tetas
tinggi. Semakin tinggi daya tetasnya, semakin banyak calon-calon bayi
burung yang akan berkicau meramaikan rumah atau bahkan ajang lomba.
Namun ternyata kadang banyak masalah yang menyebabkan telur yang dierami
tidak menetas. Pada dasarnya, burung memerlukan asupan gizi yang cukup
agar bisa
menghasilkan telur yang fertil. Makanan yang cukup dan
vitamin saja belum menjamin burung peliharaan bisa menghasilkan telur
fertil. Beberapa masalah seputar reproduksi ini akan dijelaskan oleh drh
Jatmiko (47) salah seorang dokter hewan yang juga praktisi burung di
Jogjakarta
Kegagalan telur fertil atau telur isi pada breeding burung sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu :
1. Kekurangan makro dan mikro mineral
Kekurangan makro dan mikro mineral pada
asupan gizinya dikarenakan burung yang
di sangkar tidak bisa mendapat mineral jadi
pemilik burung wajib menyediakan mineral
secara cukup terutama Zn.
2. Kekurangan asam amino
3. Kekurangan hormon, yaitu pada jantan
testosteron
sedangkan pada betina estrogen Masalah infertilitas pada burung harus
ditangani secara intensif karena sangat menentukan kelangsungan
perkembangan reproduksi pada burung sehingga bisa menghasilkan anak yang
berkualitas sesuai tujuan penangkar. Penting diketahui, burung yang
berada
di sangkar akan beda sekali dengan burung yang liar di alam
bebas terutama dari segi asupan gizi dan variasi vitamin dan mineral.
Untuk itu penangkar harus jeli menyediakan kebutuhan si burung supaya
tujuan penangkaran tersebut bisa maksimal. Pemberian asupan gizi
tersebut bisa dilakukan melalui pakan maupun air minum.
Beberapa hal yang harus diperhatkan
yaitu:
-
Penangkaran burung sebaiknya untuk awal harus di sendirikan dulu jangan
langsung di campur, pada asarnya burung akan tertarik pada suara jantan
sehingga mempengaruhi libido si betina.
- Kalau libido betina sudah tinggi bisa di gabungkan mau kawin apa tidak nanti bisa dilihat dari telurnya fertil apa tidak.
- Libido pada burung betina sangat terlihat dari cara bercumbunya, menunjukkan karakter untuk kawin sangat terlihat jelas.
-
Di indonesia untuk penangkaran burung terutama love bird dan kenari
bisa di katakan tidak ada musim kawinnya, bisa kawin setiap saat.
Jarak
yang paling bagus antara jarak beranak sampai bertelur kembali adalah
setelah burung bertelur dan mengerami selama 14 hari menyuapi 25 hari.
Setelah itu burung bisa bereproduksi dikawinkan lagi dengan pejantan.
Untuk anaknya bisa disuapi sendiri tanpa induknya, hal ini otomatis akan
mempercepat masa kawin dan bertelurnya kembali. Deteksi Kelainan
reproduksi burung bisa di ketahui dengan infertilnya telur yang
dihasilkan, selama 14 hari tidak menetas. Bisanya kelainan yang sering
di jumpai
oleh drh. Jatmiko adalah perkawinan yang terjadi hanya
kloaka dan kloaka, bisa juga pejantan yang lari atau takut kalo di
dekati betina. Sering juga dijumpai alat kelamin tidak membesar pada
burung jantan, kelainan pada burung betina yaitu saluran reproduksinya
melengkung, hal ini menimbulkan kesulitan saat pembuahan. (LS)
0 komentar:
Posting Komentar