YPGP (Yayasan pelestarian Gunung Prau)

Perencanaan kegiatan dari kelompok YPGP (Yayasan pelestarian Gunung Prau). Yayasan ini mempunyai misi untuk....

pantai Kartika Jaya-Kendal

Penanaman mangrove secara serentak di pantai Kartika Jaya-Kendal tanggal 27 januari. Acara ini diprakarsai oleh....

Gunung Andong Magelang-Jawa Tengah

Penanaman pohon di Gunung Andong Magelang-Jawa Tengah, berlangsung tanggal 20 januari 2013. Pelaksanaannya melibatkan Pecinta Alam dan Relawan di Jawa Tengah.

Festival 1000 kucing di kota sejuta bunga

Cat Show “Festival 1000 kucing di kota sejuta bunga” 3 Februari 2013 di Magelang-Jawa Tengah.

International Dog Show JEC

International Dog Show di JEC, Jogjakarta, tanggal 23-24 Februari 2013

Muntilan, Magelang Ja-Teng

Tanggal 16 Februari 2013 sekitar pukul 10 wib (CFC COMBAT FANGSHEN CLUB) melepaskan seratusan ekor burung di kawasan perbukitan di sekitar Kecamatan Muntilan Magelang Ja-Teng.

RITA Supermall Tegal

Gathering Tegal Cat Lover di RITA Supermall Tegal, 24-2-2013

Tampilkan postingan dengan label Dokter Hewan Bicara. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Dokter Hewan Bicara. Tampilkan semua postingan

OPINI oleh : drh. Jatmiko Praktisi Burung , Dokter spesialis Burung

Reproduksi pada burung

Para breeder burung tentu mengharapkan agar indukannya bisa menghasilkan telur dengan daya tetas tinggi. Semakin tinggi daya tetasnya, semakin banyak calon-calon bayi burung yang akan berkicau meramaikan rumah atau bahkan ajang lomba. Namun ternyata kadang banyak masalah yang menyebabkan telur yang dierami tidak menetas. Pada dasarnya, burung memerlukan asupan gizi yang cukup agar bisa
menghasilkan telur yang fertil. Makanan yang cukup dan vitamin saja belum menjamin burung peliharaan bisa menghasilkan telur fertil. Beberapa masalah seputar reproduksi ini akan dijelaskan oleh drh Jatmiko (47) salah seorang dokter hewan yang juga praktisi burung di Jogjakarta
Kegagalan telur fertil atau telur isi pada breeding burung sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu :
1. Kekurangan makro dan mikro mineral
Kekurangan makro dan mikro mineral pada
asupan gizinya dikarenakan burung yang
di sangkar tidak bisa mendapat mineral jadi
pemilik burung wajib menyediakan mineral
secara cukup terutama Zn.
2. Kekurangan asam amino
3. Kekurangan hormon, yaitu pada jantan
testosteron sedangkan pada betina estrogen Masalah infertilitas pada burung harus ditangani secara intensif karena sangat menentukan kelangsungan perkembangan reproduksi pada burung sehingga bisa menghasilkan anak yang berkualitas sesuai tujuan penangkar. Penting diketahui, burung yang berada
di sangkar akan beda sekali dengan burung yang liar di alam bebas terutama dari segi asupan gizi dan variasi vitamin dan mineral. Untuk itu penangkar harus jeli menyediakan kebutuhan si burung supaya tujuan penangkaran tersebut bisa maksimal. Pemberian asupan gizi tersebut bisa dilakukan melalui pakan maupun air minum.
Beberapa hal yang harus diperhatkan
yaitu:
- Penangkaran burung sebaiknya untuk awal harus di sendirikan dulu jangan langsung di campur, pada asarnya burung akan tertarik pada suara jantan sehingga mempengaruhi libido si betina.
- Kalau libido betina sudah tinggi bisa di gabungkan mau kawin apa tidak nanti bisa dilihat dari telurnya fertil apa tidak.
- Libido pada burung betina sangat terlihat dari cara bercumbunya, menunjukkan karakter untuk kawin sangat terlihat jelas.
- Di indonesia untuk penangkaran burung terutama love bird dan kenari bisa di katakan tidak ada musim kawinnya, bisa kawin setiap saat.
 Jarak yang paling bagus antara jarak beranak sampai bertelur kembali adalah setelah burung bertelur dan mengerami selama 14 hari menyuapi 25 hari. Setelah itu burung bisa bereproduksi dikawinkan lagi dengan pejantan. Untuk anaknya bisa disuapi sendiri tanpa induknya, hal ini otomatis akan mempercepat masa kawin dan bertelurnya kembali. Deteksi Kelainan reproduksi burung bisa di ketahui dengan infertilnya telur yang dihasilkan, selama 14 hari tidak menetas. Bisanya kelainan yang sering di jumpai
oleh drh. Jatmiko adalah perkawinan yang terjadi hanya kloaka dan kloaka, bisa juga pejantan yang lari atau takut kalo di dekati betina. Sering juga dijumpai alat kelamin tidak membesar pada burung jantan, kelainan pada burung betina yaitu saluran reproduksinya melengkung, hal ini menimbulkan kesulitan saat pembuahan. (LS)

Dokter Hewan Bicara oleh : drh. Setyo Budi MP, Dosen dan Staf Pengajar di Fakultas Kedokteran Hewan

Jarak Perkawinan Kucing & Anjing

Tanya:
Saat ini kami tengah serius belajar breeding kucing dan anjing ras. Pertanyaannya, berapakah jarak kehamilan yang ideal untuk kucing dan anjing ini? Terimakasih atas jawabannya. (AstutiProbolinggo-Jatim)
Jawab:
Jarak perkawinan anjing normalnya setahun hanya 2 kali. Pada kasus anjing yang baru selesai dioperasi, 1 bulan berikutnya dikawinkan bukanlah suatu masalah. Yang perlu dipertimbangkan, kondisi dari anjing itu sendiri karena dalam waktu 1 bulan luka bekas operasi belum pulih. Jika dipaksa untuk menjalani kehamilan tentu kasihan. Pada kucing dalam setahun bisa 3 sampai 4 kali kelahiran. Kenyataannya, setelah jangka waktu 3 minggu dihitung sejak saat melahirkan, jika dikawinkan lagi prosentase keberhasilannya cukup bagus. Hanya saja dengan siklus 3-4 kali kelahiran atau lebih, setelah anak sudah bisa disapih
sebaiknya baru kawin. Untuk anjing, jika dikawinkan lagi setelah melahirkan tidak begitu masalah
karena anjing selama satu tahun hanya beranak dan birahi 2 kali. Dengan demikian untuk anjing sudah teratur siklus perkawinan dan birahinya yaitu 6 bulan
sekali.

DOKTER HEWAN menjawab



Tanya.
Apakah penyebab penyakit diare pada anjing dan kucing? Bagaimana penanganan untuk Pertolongan Pertama yang tepat? (Sutisna-Bali)



Tanya.
Disebabkan oleh apa saja penyakit pilek pada kucing dan anjing? Apa langkah pertama yang harus kami lakukan, terimakasih. (Purwantini-Jepara)

MAU TAU JAWABNYA???? BACA EDISI 1 TABLOID LINTAS SATWA

OPINI



Mewaspadai Penyakit Kucing pada Musim Pancaroba
                              oleh: Purwanta, drh., M.Kes.
                           Penanggungjawab Klinik Hewan Medika Satwa STPP Gowa Sulsel



Pancaroba adalah masa peralihan antara dua musim utama di daerah iklim muson, yaitu antara musim penghujan dan musim kemarau. Dalam pranata mangsa yang dikenal di Pulau Jawa, pancaroba antara musim penghujan dan musim kemarau (biasa terjadi pada bulan Maret dan April) disebut sebagai mangsa (musim) marèng, sementara pancaroba antara musim kemarau dan musim penghujan (biasa terjadi pada bulan Oktober hingga Desember) disebut mangsa labuh. Masa pancaroba biasa ditandai dengan tingginya frekuensi badai, hujan sangat deras disertai guruh, serta angin yang bertiup kencang. Pada masa pancaroba biasanya frekuensi orang dan hewan yang menderita penyakit saluran pernapasan atas, seperti pilek atau batuk, relatif meningkat.(baca selengkapnya di edisi 1 Tabloid Lintas satwa)