Jenis Kalkun di Indonesia






Kalkun, sebagaimana unggas lain, memiliki jenis dan variasi. Unggas besar ini di daerah asalnya, Benua Amerika, dinamai berdasarkan warna bulu. Ada yang bilang bahwa jenis warna bulu tertentu memiliki berat badan maksimal yang berbeda-beda.

Di Indonesia, berbagai macam jenis kalkun yang dibudidaya peternak pada dasarnya memiliki jenis yang berasal dari tempat asalnya. Namun, terkadang penamaan yang diberikan peternak kalkun masih berdasar pada kemiripan warna dari varietas aslinya.

Sulistyani, Kalkun putih bukan albino.
Pendapat tersebut dikatakan oleh Sulistyani (23 tahun), “dalam kriteria orang Amerika, jenis palm itu ada tinggi tertentu, berat tertentu, dan warna tertentu. Setelah memenuhi kriteria itu maka baru dapat sertifikat: ini royal palm”.

Perempuan yang lebih dikenal dengan nama Bunda Kalkun ini menyatakan bahwa penamaan kalkun di Indonesia terbatas pada kemiripan dari segi warna saja. Sedangkan untuk bobot dan tinggi badan belum diperhatikan. “kalkun yang mirip royal palm dinamai royal palm, yang mirip bourbon red dinamai bourbon red”.

Spesialis pengiriman kalkun luar pulau ini melanjutkan kalau jenis royal palm di Amerika berpostur kecil. Sebaliknya, di Indonesia ada jenis royal palm yang posturnya besar. Jenis kalkun di Indonesia belum sesuai dengan standardisasi Amerika. “Saya belum pernah melihat Black Spanish kalau di Indonesia, saya pernah lihat warna mirip Wild turkey di Condongcatur (Sleman-red.). Warna bulu hitam mirip brounze kepala ungu dengan paruh semi merah. Blue slate juga belum pernah”, lanjutnya. 

Kalkun di Indonesia kebanyakan berjenis Narragenset. Hal ini juga diamini oleh Budi Jaya (BJ), peternak kalkun asal Magelang (36 tahun) yang memberikan nama sendiri kepada keturunan Narragenset yang telah bercampur dengan sebutan kalkun lurik. 

Berbeda dengan Bunda Kalkun, BJ menyebutkan nama kalkun di Indonesia dengan nama-nama dari asalnya. Jenis kalkun yang ada di Nusantara adalah Narragensett, jenis Palm, Bourbon, Black, dan Pencils. Setelah dibudidaya tanpa memisahkan jenis jenis tersebut, akhirnya timbul varian baru yang tidak ada di tempat asalnya, “saya pernah melihat perternak yang mengawinkan sepasang jenis bronze, darinya lahir hitam, bisa jadi black biasa atau molted.”

Orang indonesia belum membuat spesifikasi khusus misalnya putih sendiri, coklat sendiri, yang akhirnya berakibat pada percampuran semua kalkun itu. “Kalau kalkun yang paling besar menurut saya dan juga pernah saya temuai di garut adalah kalkun putih. Berat badannya mencapai 22 kg. Di temanggung, karkas saja mencapai 9 kg, milik lurah di saalah satu desa. Bunda Kalkun sedikit memprotes kalkun putih yang terkadang disebut kalkun albino oleh orang Indonesia. Ia merujuk kepada referensi yang dibacanya bahwa keberadaan kalkun putih sebenarnya hasil rekayasa genetik di laboratorium Florida di Amerika Serikat. Kalkun ini direncanakan untuk kalkun pedaging. “Itu hasil persilangan genetik dari lab. Florida, hasilnya adalah jenis broad breast. Lalu disilangkan lagi terus keluar hasilnya yang midget”. 

Oleh sebab itu, sangat sulit untuk memberikan spesifikasi kalkun di Indonesia jika disamakan persis dengan yang di Amerika. “Jika kita ingin melakukan spesifikasi di indonesia, saya kira sangat sulit. Sebaiknya penamaan untuk kalkun di Indonesia mending membuat spesifikasi sendiri tetapi tetap merujuk spesifikasi yang telah ada”, kata Bunda Kalkun dan BJ.

Dalam pandangan BJ dan Bunda Kalkun, jika dilihat dari segi warna, maka keberadaan kalkun yang ada di Indonesia adalah hitam, coklat putih, coklat blirik, tiga warna (coklat putih hitam), kopi susu, abu abu hitam, putih, samber lilin, lurik sekul, molted dan coklat batik.

Kalkun yang paling potensial untuk pedaging dengan pakan sedikit tapi cepat besar adalah jenis bronze. Akan tetapi bagi BJ, daging yang paling gurih adalah jenis kalkun putih. (LS/Ajib Purnawan)

0 komentar:

Posting Komentar