Kalkun, sebagaimana unggas lain, memiliki jenis dan variasi. Unggas besar ini di daerah asalnya, Benua Amerika, dinamai berdasarkan warna bulu. Ada yang bilang bahwa jenis warna bulu tertentu memiliki berat badan maksimal yang berbeda-beda.
Di Indonesia, berbagai macam jenis kalkun yang dibudidaya
peternak pada dasarnya memiliki jenis yang berasal dari tempat asalnya. Namun,
terkadang penamaan yang diberikan peternak kalkun masih berdasar pada kemiripan
warna dari varietas aslinya.
Sulistyani, Kalkun putih bukan albino. |
Perempuan yang lebih dikenal dengan nama Bunda Kalkun ini
menyatakan bahwa penamaan kalkun di Indonesia terbatas pada kemiripan dari segi
warna saja. Sedangkan untuk bobot dan tinggi badan belum diperhatikan. “kalkun
yang mirip royal palm dinamai royal palm, yang mirip bourbon red dinamai
bourbon red”.
Spesialis pengiriman kalkun luar pulau ini melanjutkan kalau
jenis royal palm di Amerika berpostur kecil. Sebaliknya, di Indonesia ada jenis
royal palm yang posturnya besar. Jenis kalkun di Indonesia belum sesuai dengan
standardisasi Amerika. “Saya
belum pernah melihat Black Spanish kalau di Indonesia, saya pernah lihat warna
mirip Wild turkey di Condongcatur (Sleman-red.). Warna bulu hitam mirip brounze
kepala ungu dengan paruh semi merah. Blue slate juga belum pernah”, lanjutnya.
Kalkun di Indonesia kebanyakan berjenis Narragenset. Hal ini
juga diamini oleh Budi Jaya (BJ), peternak kalkun asal Magelang (36 tahun) yang
memberikan nama sendiri kepada keturunan Narragenset yang telah bercampur
dengan sebutan kalkun lurik.
Berbeda dengan Bunda Kalkun, BJ menyebutkan nama kalkun di
Indonesia dengan nama-nama dari asalnya. Jenis kalkun yang ada di Nusantara
adalah Narragensett, jenis Palm, Bourbon, Black, dan Pencils. Setelah
dibudidaya tanpa memisahkan jenis jenis tersebut, akhirnya timbul varian baru
yang tidak ada di tempat asalnya, “saya pernah melihat perternak yang
mengawinkan sepasang jenis bronze, darinya lahir hitam, bisa jadi black biasa
atau molted.”
Orang indonesia belum membuat spesifikasi khusus misalnya
putih sendiri, coklat sendiri, yang akhirnya berakibat pada percampuran semua
kalkun itu. “Kalau kalkun yang paling besar menurut saya dan juga pernah saya
temuai di garut adalah kalkun putih. Berat badannya mencapai 22 kg. Di
temanggung, karkas saja mencapai 9 kg, milik lurah di saalah satu desa. Bunda
Kalkun sedikit memprotes kalkun putih yang terkadang disebut kalkun albino oleh
orang Indonesia. Ia merujuk kepada referensi yang dibacanya bahwa keberadaan
kalkun putih sebenarnya hasil rekayasa genetik di laboratorium Florida di
Amerika Serikat. Kalkun ini direncanakan untuk kalkun pedaging. “Itu hasil
persilangan genetik dari lab. Florida, hasilnya adalah jenis broad breast. Lalu
disilangkan lagi terus keluar hasilnya yang midget”.
Oleh sebab itu, sangat sulit untuk memberikan spesifikasi
kalkun di Indonesia jika disamakan persis dengan yang di Amerika. “Jika kita
ingin melakukan spesifikasi di indonesia, saya kira sangat sulit. Sebaiknya
penamaan untuk kalkun di Indonesia mending membuat spesifikasi sendiri
tetapi tetap merujuk spesifikasi yang telah ada”, kata Bunda Kalkun dan BJ.
Dalam pandangan BJ dan Bunda Kalkun, jika dilihat dari segi
warna, maka keberadaan kalkun yang ada di Indonesia adalah hitam, coklat putih,
coklat blirik, tiga warna (coklat putih hitam), kopi susu, abu abu hitam,
putih, samber lilin, lurik sekul, molted dan coklat batik.
Kalkun yang paling potensial untuk pedaging dengan pakan
sedikit tapi cepat besar adalah jenis bronze. Akan tetapi bagi BJ, daging yang
paling gurih adalah jenis kalkun putih. (LS/Ajib Purnawan)
0 komentar:
Posting Komentar